Rabu, 06 Mei 2009

Pengukuran Resistor

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA I
PENGUKURAN RESISTOR TETAP, SERI, PARALEL, DAN CAMPURAN
















DIAJUKAN OLEH:

ETRI CAHYA YULIADI (5115062161)
NURUL AMALIA (5115062164)


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2007
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori
Resistor (hambatan atau tahanan) adalah komponen dasar elektronika yang dibuat untuk menghambat aliran arus listrik. Sebuah resistor dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempunyai nilai hambatan tertentu.
Berdasarkan nilai hambatannya, resistor dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu resistor tetap (yang mempunyai nilai hambatan tertentu/tetap) dan resistor variabel (resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah/diatur).
Resistor juga dapat dikelompokkan berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu resistor lilitan kawat dan resistor karbon. Resistor lilitan kawat digunakan untuk berbagai keperluan yang membutuhkan akurasi cukup tinggi dan peralatan yang menggunakan variasi arus yang besar, sedangkan resistor karbon merupakan resistor yang paling banyak beredar di pasaran. Resistor karbon mempunyai nilai hambatan yang tetap karena itu disebut juga resistor tetap. Besarnya nilai suatu hambatan resistor dinyatakan dalam satuan ohm ().
Besarnya nilai hambatan suatu resistor tetap dapat diketahui dari kode warna atau kode huruf dan angka yang tertera pada resistor tersebut. Adapun cara menghitung nilai hambatan suatu resistor sebagai berikut:

• Kode angka dan huruf
Selain dengan kode warna, nilai hambatan suatu resistor juga sering ditunjukkan dengan kode huruf. Kode angka manyatakan nilai hambatan, sedangkan kode huruf menyatakan pengali dan toleransi nilai hambatan. Terjemahan kode huruf pertama adalah sebagai berikut:
R artinya kali 1 ohm
K artinya kali 103 ohm
M artinya kali 106 ohm
Adapun terjemahan kode huruf kedua adalah sebagai berikut:
J artinya toleransi  5%
K artinya toleransi  10%
M artinya toleransi  20%
Gambar di atas adalah contoh resistor yang hambatannya ditunjukkan dengan kode huruf dan angka, mempunyai hambatan sebesar 6.5  103   10%.
Nilai hambatan sebuah resistor variabel dapat diubah menurut kebutuhan. Adapun contoh resistor variabel adalah tahanan geser (rheostat), potensiometer, termistor, dan LDR ( Light Dependent Resistor).

• Kode Warna
Warna Gelang Pertama Gelang Kedua Gelang Ketiga (multiplier) Gelang ke Empat (toleransi)
Hitam
0 0 ×100
Coklat
1 1 ×101 ±1% (F)
Merah
2 2 ×102 ±2% (G)
Jingga
3 3 ×103
Kuning
4 4 ×104
Hijau
5 5 ×105 ±0.5% (D)
Biru
6 6 ×106 ±0.25% (C)
Ungu
7 7 ×107 ±0.1% (B)
Abu-abu
8 8 ×108 ±0.05% (A)
Putih
9 9 ×109
Emas
×0.1 ±5% (J)
Perak
×0.01 ±10% (K)
Polos ±20% (M)








Ada juga resistor yang menggunakan simbol warna dengan lima gelang. Cara pembacaannya sama dengan resistor yang menggunakan simbol empat gelang. Hanya saja, pada resistor dengan lima gelang, gelang ke-tiga masih merupakan nilai resistor (seperti gelang kedua pada resistor empat gelang). Gelang ke-empat merupakan pengali (multiplier), sedangkan gelang kelima adalah nilai toleransi.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah membiasakan mahasiswa dapat membaca arti kode warna dari sebuah resistor dan dapat menentukan resistor dalam keadaan baik atau buruk serta dapat mengukurnya dengan menggunkan AVOmeter yang diberikan pada saat percobaan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Alat dan Komponen
Dalam percobaan ini mahasiswa dapat menggunakan babarapa alat dan komponen. Adapun alatnya seperti:
1. AVOmeter
2. Alat tulis
3. Lembar kerja
Dan komponennya seperti:
1. Papan PCB
2. Resistor dengan kode warna

1.4 Langkah Kerja
1. Baca nilai resistor yang ada pada PCB, dan masukkan hasil pembacaan pada tabel 1, kolom kedua.
2. Ukur nilai resistor yang ada pada PCB dengan menggunakan AVOmeter dan hasilnya masukkan ke dalam tabel 1, kolom ke-empat.
3. Hitunglah besar penyimpangan nilai terukur dengan harga yang tercantum pada resistor tersebut, hasil perhitungannya masukkan pada tabel 1, kolom kelima.
4. Simpulkan, apakah resistor tersebut berada dalam keadaan baik atau tidak, dan tulislah pada tabel 1, kolom ke-enam.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tabel Percobaan
Table percobaan yang dilakukan tanggal 1 Oktober 2007
Nomor Resistor Nilai Ohm Resistor Toleransi (dalam %) Hasil Ukur (dalam ) e
(dalam %) Kesimpulan
(Resistor dalam keadaan)
R1 10   1 % 10  0,00% baik
R2 39   1 % 39  0,00% baik
R3 140   1 % 150  1,5% kurang baik
R4 220   1 % 220  0,00% baik
R5 1K   1 % 1100  10% rusak
R6 470   1 % 460  2,17% buruk
R7 3300   1 % 3250  1,5% kurang baik
R8 4K7   1 % 4,7 x 103 0,00% baik
R9 6K4   1 % 6,8 x 104 6,29% rusak
R10 18K   1 % 18 x 103 0,00% baik
R11 39K  1 % 40 x 103 2,5% buruk
R12 47K   1 % 47 x 103 0,00% baik
R13 180K   1 % 180 x 103 0,00% baik
R14 330K   1 % 320 x 103 3,03% rusak
R15 470K   1 % 460 x 103 2,13% buruk
R16 1M  1 % 1 x 106 0,00% baik

2.2 Analisa Data
Dari masing-masing resistor dapat dilihat bahwa sebagian besar resistor yang dijadikan komponen dalam percobaan ini dalam keadaan buruk atau sudah tidak bisa dipakai lagi, walaupun ada beberapa resistor yang masih bekerja dengan baik. Itu semua diperkuat dengan nilai hambatan resistor yang diukur dengan resistor yang dihitung mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya itu, nilai e (error) yang dicari dengan rumus:


mempunyai nilai yang lebih besar dari pada nilai toleransi yang terdapat dalam resistor yang diwakilkan oleh warna kelima.
Sedangkan resistor yang dalam keadaan baik dapat dilihat dari nilai e (error) yang tidak melebihi toleransi yang diberikan oleh masing-masing resistor.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pengukuran nilai hambatan resistor dalam percobaan ini menggunakan AVOmeter. Dalam pengukuran ini sering terjadi kesalahan, salah satu kesalahannya tidak sesuainya jarum dengan angka nol. Pengukuran nilai hambatan dengan membaca kode warna pada resistor juga sering megalami kesalahan ataupun kesulitan membaca warna karena resistor yang digunakan dalam percobaan ini terlalu lama disimpan sehingga menyebabkan warna yang terdapat pada resistor hilang (memudar). Perbedaan sudut padang juga dapat mempengaruhi pergeseran jarum pada AVOmeter.
Selain besar resistor, faktor yang perlu diketahui dari suatu resistor adalah keadaannya. Karena jika keadaan suatu resistor itu tidak baik atau tidak layak pakai tetapi masih digunakan juga, akan terjadi konsleting yang menyebabkan rusaknya barang-barang yang menggunakan resistor tidak layak pakai itu.


3.2 Saran
Untuk hasil yang lebih baik hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Dalam membaca resistor dengan alat, sebaiknya memperhatikan kesesuaian antara jarum yang terdapat pada alat itu dengan angka nol (pengkalibrasian)
2. Untuk membaca resistor dengan kode warna hendaknya memperhatikan benar-benar warna-warna apa saja yang terdapat dalam resistor tersebut, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam membaca kode warna yang terdapat dalam resistor yang telah pudar warnanya.
3. Lebih teliti lagi dalam mengukur hambatan suatu resistor, baik itu dengan alat ukur ataupun dengan membaca kode warna. Pada saat mengukur dengan alat ukur (AVOmeter), sebaiknya melihat nilai yang ditunjukkan oleh jarum AVOmeter dilakukan oleh satu orang saja (yang memiliki penglihatan lebih teliti) dengan sudut pandang yang tidak berubah-ubah agar kesalahan paralaks dapat diminimalisir

1 komentar: