Rabu, 06 Mei 2009

pengukuran Daya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori
Dalam rangkaian listrik, komponen-komponen listrik dapat dirangkai dengan berbagai cara. Pada dasarnya ada dua jenis rangkaian, yaitu seri dan parallel.
Penghambat atau resistor adalah komponen listrik yang dibuat sedemikian sehingga komponen itu memiliki nilai resistor tertentu. Untuk berbagai keperluan, misalnya untuk mendapat nilai resistor yang lebih besar atau lebih kecil dari komponen yang tersedia, dua atau lebih resistor dapat dirangkai seri atau parallel atau gabungan seri dan parallel.
Selain nilai resistansi (R), tegangan (V), dan kuat arus (I), kita juga dapat memperhitungkan daya dari sebuah resistor dengan menggunakan persamaan :
P = Daya (W) V = Tegangan (V) I = Kuat Arus (A)

Pada rangkaian-rangkaian sederhana, resistor yang biasa digunakan adalah resistor yang mempunyai daya ½ - 1 watt. Sedangkan resistor-resistor yang berdaya besar banyak digunakan pada rangkaian-rangkaian yang lebih kompleks.

1.2 Tujuan Praktik
1.2.1 Dapat merakit 5 resistor sesuai skema.
1.2.2 Dapat mengukur nilai masing-masing resistor dan resistor totalnya.
1.2.3 Dapat mengukur tegangan masing-masing resistor.
1.2.4 Dapat mengukur arus masing-masing resistor.
1.2.1 Dapat menghitung besar daya masing-masing resistor.

1.3 Alat dan Komponen
1.3.1 Proto board
1.3.2 AVOmeter Analog
1.3.3 Resistor tetap : 820  2 buah, 1K2  2 buah, 680  1 buah
1.3.4 Kawat penyambung secukupnya
1.3.5 Alat tulis
1.3.6 Lembar kerja

1.4 Skema Rangkaian








1.5 Langkah Kerja
1.5.1 Ukurlah nilai resistansi tiap-tiap resistor tersebut dengan AVOmeter, dan hasilnya masukan ke dalam Tabel.
1.5.2 Rakitlah kelima resistor tersebut pada Proto Board sesuai dengan skema rangkaian di atas, dan ukurlah nilai resistansi total rangkaian resistor tersebut dengan manggunakan AVOmeter. Masukkan hasil pengukuran pada tabel.
1.5.3 Ukurlah tegangan pada tiap-tiap resistor tersebut dengan menggunakan AVOmeter. Masukkan hasil pengukuran pada tabel.
1.5.4 Ukur juga tegangan total pada rangkaian tersebut. Masukkan hasil pengukuran pada tabel.
1.5.5 Ukurlah arus pada tiap-tiap resistor tersebut dengan menggunakan AVOmeter. Masukkan hasil pengukuran pada tabel.
1.5.6 Ukur juga arus total yang mengalir pada rangkaian tersebut. Masukkan hasil pengukuran pada tabel.
1.5.7 Jawablah pertanyaan di bawah ini, dan tuliskan jawabannya pada lembar kerja.
1.5.8 Jika telah selesai, serahkan lembar kerja pada instruktur praktek.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tabel Percobaan
Tabel hasil percobaan yang dilakukan pada tanggal 22 Oktober 2007
Tabel Perhitungan
No R (Ω) V (Volt) I (mA) P (mW)
1 820 2,419 2,95 7,14
2 820 2,419 2,95 7,14
3 680 4,012 5,9 23,67
4 1200 3,54 2,95 10,4
5 1200 3,54 2,95 10,4
Total 1690 9,971 5,9 58,8

Tabel Pengukuran
No R (Ω) V (Volt) I (mA) P (mW)
1 820 2,8 3 8,4
2 820 2,8 3 8,4
3 680 4,2 6 25,2
4 1200 3,8 3 11,4
5 1200 3,8 3 11,4
Total 1690 10 6 60








2.2 Analisis Data





Rangkaian ekuivalen

Rt = 410 Ω + 680 Ω + 600 Ω = 1690 Ω
= =

Perhitungan Kuat Arus :
I1 I2 I3
I4 I5

Perhitungan Daya :
P1 V1 . I1 P3 V3 . I3

P2 V2 . I2 P4 V4 . I4

P5 V5 . I5 Pt Vt . It













BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pengukuran nilai hambatan, tegangan, dan arus pada percobaan ini menggunakan AVOmeter, sedangkan nilai P (daya) resistor didapatkan dengan cara mengalikan hasil pengukuran tegangan (V), dengan kuat arus (I), sesuai dengan persamaan untuk mencari nilai daya, yaitu (P V . I).

3.2 Saran
Untuk hasil yang lebih baik hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Dalam membaca resistor dengan AVOmeter, sebaiknya lakukanlah pengkalibrasian terhadap AVOmeter terlebih dahulu.
2. Lebih teliti lagi dalam merangkai skema rangkaian yang akan diujicobakan.
3. Lebih teliti lagi dalam mengukur hambatan, tegangan, dan arus pada resistor, baik itu dengan AVOmeter ataupun dengan membaca kode warna. Pada saat mengukur dengan AVOmeter, sebaiknya pencatatan nilai yang ditunjukkan oleh jarum AVOmeter dilakukan oleh satu orang saja (yang memiliki penglihatan lebih teliti) dengan sudut pandang yang tidak berubah-ubah agar kesalahan paralaks dapat diminimalisir

Pengukuran Resistor

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA I
PENGUKURAN RESISTOR TETAP, SERI, PARALEL, DAN CAMPURAN
















DIAJUKAN OLEH:

ETRI CAHYA YULIADI (5115062161)
NURUL AMALIA (5115062164)


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2007
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori
Resistor (hambatan atau tahanan) adalah komponen dasar elektronika yang dibuat untuk menghambat aliran arus listrik. Sebuah resistor dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempunyai nilai hambatan tertentu.
Berdasarkan nilai hambatannya, resistor dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu resistor tetap (yang mempunyai nilai hambatan tertentu/tetap) dan resistor variabel (resistor yang nilai hambatannya dapat diubah-ubah/diatur).
Resistor juga dapat dikelompokkan berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu resistor lilitan kawat dan resistor karbon. Resistor lilitan kawat digunakan untuk berbagai keperluan yang membutuhkan akurasi cukup tinggi dan peralatan yang menggunakan variasi arus yang besar, sedangkan resistor karbon merupakan resistor yang paling banyak beredar di pasaran. Resistor karbon mempunyai nilai hambatan yang tetap karena itu disebut juga resistor tetap. Besarnya nilai suatu hambatan resistor dinyatakan dalam satuan ohm ().
Besarnya nilai hambatan suatu resistor tetap dapat diketahui dari kode warna atau kode huruf dan angka yang tertera pada resistor tersebut. Adapun cara menghitung nilai hambatan suatu resistor sebagai berikut:

• Kode angka dan huruf
Selain dengan kode warna, nilai hambatan suatu resistor juga sering ditunjukkan dengan kode huruf. Kode angka manyatakan nilai hambatan, sedangkan kode huruf menyatakan pengali dan toleransi nilai hambatan. Terjemahan kode huruf pertama adalah sebagai berikut:
R artinya kali 1 ohm
K artinya kali 103 ohm
M artinya kali 106 ohm
Adapun terjemahan kode huruf kedua adalah sebagai berikut:
J artinya toleransi  5%
K artinya toleransi  10%
M artinya toleransi  20%
Gambar di atas adalah contoh resistor yang hambatannya ditunjukkan dengan kode huruf dan angka, mempunyai hambatan sebesar 6.5  103   10%.
Nilai hambatan sebuah resistor variabel dapat diubah menurut kebutuhan. Adapun contoh resistor variabel adalah tahanan geser (rheostat), potensiometer, termistor, dan LDR ( Light Dependent Resistor).

• Kode Warna
Warna Gelang Pertama Gelang Kedua Gelang Ketiga (multiplier) Gelang ke Empat (toleransi)
Hitam
0 0 ×100
Coklat
1 1 ×101 ±1% (F)
Merah
2 2 ×102 ±2% (G)
Jingga
3 3 ×103
Kuning
4 4 ×104
Hijau
5 5 ×105 ±0.5% (D)
Biru
6 6 ×106 ±0.25% (C)
Ungu
7 7 ×107 ±0.1% (B)
Abu-abu
8 8 ×108 ±0.05% (A)
Putih
9 9 ×109
Emas
×0.1 ±5% (J)
Perak
×0.01 ±10% (K)
Polos ±20% (M)








Ada juga resistor yang menggunakan simbol warna dengan lima gelang. Cara pembacaannya sama dengan resistor yang menggunakan simbol empat gelang. Hanya saja, pada resistor dengan lima gelang, gelang ke-tiga masih merupakan nilai resistor (seperti gelang kedua pada resistor empat gelang). Gelang ke-empat merupakan pengali (multiplier), sedangkan gelang kelima adalah nilai toleransi.
1.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah membiasakan mahasiswa dapat membaca arti kode warna dari sebuah resistor dan dapat menentukan resistor dalam keadaan baik atau buruk serta dapat mengukurnya dengan menggunkan AVOmeter yang diberikan pada saat percobaan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Alat dan Komponen
Dalam percobaan ini mahasiswa dapat menggunakan babarapa alat dan komponen. Adapun alatnya seperti:
1. AVOmeter
2. Alat tulis
3. Lembar kerja
Dan komponennya seperti:
1. Papan PCB
2. Resistor dengan kode warna

1.4 Langkah Kerja
1. Baca nilai resistor yang ada pada PCB, dan masukkan hasil pembacaan pada tabel 1, kolom kedua.
2. Ukur nilai resistor yang ada pada PCB dengan menggunakan AVOmeter dan hasilnya masukkan ke dalam tabel 1, kolom ke-empat.
3. Hitunglah besar penyimpangan nilai terukur dengan harga yang tercantum pada resistor tersebut, hasil perhitungannya masukkan pada tabel 1, kolom kelima.
4. Simpulkan, apakah resistor tersebut berada dalam keadaan baik atau tidak, dan tulislah pada tabel 1, kolom ke-enam.








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tabel Percobaan
Table percobaan yang dilakukan tanggal 1 Oktober 2007
Nomor Resistor Nilai Ohm Resistor Toleransi (dalam %) Hasil Ukur (dalam ) e
(dalam %) Kesimpulan
(Resistor dalam keadaan)
R1 10   1 % 10  0,00% baik
R2 39   1 % 39  0,00% baik
R3 140   1 % 150  1,5% kurang baik
R4 220   1 % 220  0,00% baik
R5 1K   1 % 1100  10% rusak
R6 470   1 % 460  2,17% buruk
R7 3300   1 % 3250  1,5% kurang baik
R8 4K7   1 % 4,7 x 103 0,00% baik
R9 6K4   1 % 6,8 x 104 6,29% rusak
R10 18K   1 % 18 x 103 0,00% baik
R11 39K  1 % 40 x 103 2,5% buruk
R12 47K   1 % 47 x 103 0,00% baik
R13 180K   1 % 180 x 103 0,00% baik
R14 330K   1 % 320 x 103 3,03% rusak
R15 470K   1 % 460 x 103 2,13% buruk
R16 1M  1 % 1 x 106 0,00% baik

2.2 Analisa Data
Dari masing-masing resistor dapat dilihat bahwa sebagian besar resistor yang dijadikan komponen dalam percobaan ini dalam keadaan buruk atau sudah tidak bisa dipakai lagi, walaupun ada beberapa resistor yang masih bekerja dengan baik. Itu semua diperkuat dengan nilai hambatan resistor yang diukur dengan resistor yang dihitung mempunyai perbedaan yang sangat signifikan. Tidak hanya itu, nilai e (error) yang dicari dengan rumus:


mempunyai nilai yang lebih besar dari pada nilai toleransi yang terdapat dalam resistor yang diwakilkan oleh warna kelima.
Sedangkan resistor yang dalam keadaan baik dapat dilihat dari nilai e (error) yang tidak melebihi toleransi yang diberikan oleh masing-masing resistor.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pengukuran nilai hambatan resistor dalam percobaan ini menggunakan AVOmeter. Dalam pengukuran ini sering terjadi kesalahan, salah satu kesalahannya tidak sesuainya jarum dengan angka nol. Pengukuran nilai hambatan dengan membaca kode warna pada resistor juga sering megalami kesalahan ataupun kesulitan membaca warna karena resistor yang digunakan dalam percobaan ini terlalu lama disimpan sehingga menyebabkan warna yang terdapat pada resistor hilang (memudar). Perbedaan sudut padang juga dapat mempengaruhi pergeseran jarum pada AVOmeter.
Selain besar resistor, faktor yang perlu diketahui dari suatu resistor adalah keadaannya. Karena jika keadaan suatu resistor itu tidak baik atau tidak layak pakai tetapi masih digunakan juga, akan terjadi konsleting yang menyebabkan rusaknya barang-barang yang menggunakan resistor tidak layak pakai itu.


3.2 Saran
Untuk hasil yang lebih baik hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Dalam membaca resistor dengan alat, sebaiknya memperhatikan kesesuaian antara jarum yang terdapat pada alat itu dengan angka nol (pengkalibrasian)
2. Untuk membaca resistor dengan kode warna hendaknya memperhatikan benar-benar warna-warna apa saja yang terdapat dalam resistor tersebut, hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam membaca kode warna yang terdapat dalam resistor yang telah pudar warnanya.
3. Lebih teliti lagi dalam mengukur hambatan suatu resistor, baik itu dengan alat ukur ataupun dengan membaca kode warna. Pada saat mengukur dengan alat ukur (AVOmeter), sebaiknya melihat nilai yang ditunjukkan oleh jarum AVOmeter dilakukan oleh satu orang saja (yang memiliki penglihatan lebih teliti) dengan sudut pandang yang tidak berubah-ubah agar kesalahan paralaks dapat diminimalisir

Pengenalan Arus, Tegangan dan Tahanan Listrik

Arus, Tegangan dan Tahanan Listrik

Materi ‘Listrik’ adalah sekumpulan teori dan hukum yang dibuat oleh ahli dalam usahanya untuk menjelaskan hasil dan pengamatan setelah bertahun-tahun melakukan percobaan.
Listrik merupakan salah satu bentuk tenaga yang tak dapat dilihat, walaupun pengaruhnya bisa berbentuk panas, magnit dan reaksi kimia. Pengaruh tersebut dipakai oleh alat-alat listrik kita sehari-hari untuk memberi kita sesuatu seperti cahaya, panas, gerak, batterei dan lain sebagainya.
Istilah dasar listrik seperti Tegangan, Arus, dan Tahanan dipakai untuk menggambarkan aspek-aspek listrik yang berbeda seperti kekuatan listrik (tekanan), gerak listrik dan lawan dari gerak.
Sebelum menjelaskan lebih jauh lagi istilah dasar, perlu untuk mengenal struktur ‘Rangkaian Dasar’ dan melihat ‘Teori Atom Listrik’.

Teori Atom Listrik
Para ahli berpikir bahwa listrik diproduksi oleh partikel yang sangat kecil sekali yang bermuatan listrik, disebut elektron dan proton. Partikel-partikel tersebut sangat kecil untuk dilihat, tetapi ada disetiap benda. Proton ditemukan di pusat kumpulan atom didalam inti. Elektron mengelilingi inti. inti juga berisi neutron yang tidak mempunyai muatan listrik.

Gabungan proton, elektron, dan neutron membentuk atom dasar. Semua benda yang kita ketahui menggunakan bermacam-macam atom dasar seperti bangunan yang tersusun untuk membentuk karakteristiknya sendiri-sendiri.

Inti (Nucleus)
Nucleus terdiri dari kumpulan atom yang sangat banyak. Proton dan neutron terkandung dalam nucleus. Electron mengelilingi sekitar nucleus.

1. Proton
Atom sendiri dapat dibagi dalam partikel yang disebut proton, elektron, dan neutron. Sebuah proton diasumsikan sebagai sebuah pertikel kecil yang bermuatan listrik positif. Proton merupakan bagian tengah, pusat, nucleus dari atom. Sejumlah proton didalam sebuah atom berbeda dari unsur yang satu dengan unsur lainnya.

2. Elektron
Sebuah elektron merupakan sebuah partikel kecil yang mempunyai muatan listrik negative. Elektron lebih berat daripada proton tetapi pengaruh listriknya benar-benar seimbang atau sama rata daripada proton.
Elektron memutari orbitnya disekitar nucleus dan mungkin dalam situasi tertentu bergerak dari satu atom menuju atom lainnya.

3. Neutron
Neutron adalah sebuah partikel didalam atom nucleus yang tidak mempunyai muatan listrik.
Pernah dikira susunannya menempel pada sebuah proton, tetapi saat ini neutron dianggap sebagai partikel yang terpisah. Neutron dan proton dipercaya sebagai dasar bangunan batu yang semuanya tersusun dari inti atom.


Atom Bermuatan Listrik
Atom terdiri dari jumlah proton dan elektron yang sama, bisa mengandung listrik netral atau seimbang.
Atom bisa menjadi tidak seimbang karena penyusunan kembali elektron, dan oleh karena hal tersebut mungkin bisa bermuatan ‘positive’ atau ‘negative’.
Apabila hal ini terjadi atom tersebut dinamakan ‘ION’.

Ion dan Ionisasi
Definisi Apabila sebuah atom normal habis atau mencapai sebuah elektron,
keseimbangan listrik terganggu dan atom menjadi terionisasi atau bermuatan listrik.

Contoh: Atom Helium

Arus

Teori Aliran Arus Elektron
Apabila kekuatan listrik (Voltase) diterapkan pada sebuah konduktor, elektron dari tiap-tiap atom menekan keluar dari orbitnya dan menjadi “elektron bebas” yang mampu berpindah ke atom yang lain

Perpindahan elektron disebut “Aliran Elektron”.
Elektron bergerak dari terminal negatif menuju terminal positif dalam sumber listrik pada rangkaian listrik.


Teori Aliran Arus Konvensional

Pada awalnya di tahun 1800-an para ahli tidak mengetahui tentang perpindahan elektron. Dan melalui perundingan konvensi mereka menganggap bahwa apa yang terjadi didalam konduktor yakni “Perpindahan Listrik dari Positif menuju Negatif”.
Teori aliran arus konvensional terkatung-katung terlalu lama, banyak ahli yang memperdebatkan bahwa teori aliran arus elektron tersebut tidak tentu benar, sehingga saat ini kita mempunyai dua teori.

Simbol elektronik dan kedua teori tersebut digambarkan dalam buku referensi.

Catatan :
Tetapi kalau dijelaskan secara spesifik, teori aliran arus yang dipakai dalam pelajaran kelistrikan otomotif yaitu” Aliran Arus Konvensional”.
“ Perpindahan arus dari positif ke negatif”



Istilah Listrik

Arus

Perpindahan Arus


Ampere (amps)

Merupakan satuan pengukuran dari aliran arus listrik; sama dengan kata amp, huruf “I”, dan “A” juga dipakai untuk menunjukkan aliran arus.

Besaran Simbol Satuan Pengukuran Simbol

Arus I Ampere (amp) A


Tegangan

Kekuatan Listrik (tekanan)

Apabila sebuah lampu dihubungkan dengan batterei dan kabel, arus akan mengalir dari batterei menuju lampu dan lampu tersebut akan menyala.
Hal ini terjadi karena adanya kelebihan muatan negatif pada terminal negatif (-) dan berkurangnya muatan negatif pada terminal positif (+). Ketidakseimbangan muatan listrik tersebut menyebabkan tekanan listrik. Tekanan listrik menyebabkan aliran arus pada rangkaian tersebut.
Apabila terjadi ketidakseimbangan muatan listrik, pelepasan menyebabkan tekanan, beban, atau kekuatan listrik antara muatan positif dan negatif yang mencoba untuk menyeimbangkan kembali. Sebab kekuatan listrik potensial untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Perbedaan antara muatan listrik dinamakan ‘perbedaan potensial’ atau PD. Satuan pengukurannya yaitu volt dengan simbol V. Tekanan elektromotif juga dipakai dengan simbol E atau EMF.


Besaran Simbol Satuan Pengukuran Simbol

Perbedaan potensial PD Volt E atau V
Tekanan Elektromotif EMF


Tahanan

Perlawanan dari aliran listrik

Dalam sebuah rangkaian listrik, komponen seperti lampu bolam, akan membatasi aliran arus. Seluruh komponen dan rangkaian listrik mempunyai tahanan yang akan menyebabkan perlawanan aliran arus.


Bagian tahanan dari tiap-tiap rangkaian dipakai untuk mengubah energi listrik menjadi bentuk lain.
Contoh: Bola Lampu - Cahaya

Coil - Magnit
Elemen - Panas

Ohm

Satuan pengukuran ini dipakai untuk tahanan aliran arus. Juga diwakili dengan huruf “R” atau simbol .

Besaran Simbol Satuan Pengukuran Simbol

Tahanan R Ohm 


Hukum Ohm

George Ohm dalam experimennya menunjukkan adanya hubungan atara tegangan, arus, dan tahanan.


Diagram berikut ini menunjukkan penjelasan yang lebih mudah dari apa yang telah diterangkan sebelumnya.

Apabila kita meningkatkan tegangan dalam sirkuit, arus juga akan meningkat. Apabila kita menurunkan tegangan didalam sirkuit, arus akan turun juga.

Catatan:
Untuk mempermudah penjelasan, perlu diingat bahwa tahanan lampu tetap konstan.

Jika kita meningkatkan tahanan dalam sirkuit, arus akan menurun. Jika kita menurunkan tahanan dalam sirkuit, arus akan meningkat.

Catatan:
Tegangan tetap konstan.

Rumus Hukum Ohm

George Ohm juga menyatakan dalilnya dalam bentuk rumus. Ini merupakan rumus dasar yang digunakan untuk menghitung nilai listrik. Nilai tersebut bisa dihitung selama dua nilai lainnya diketahui.

Rumus : I = E
R

Dimana I = Arus listrik diukur dalam ampere.
E = Tekanan listrik diukur dalam Volt.
R = Hambatan/Tahanan diukur dalam Ohm.


Untuk menentukan tegangan jika arus dan tahanan diketahui, kita ubah rumus sebelumnya.
E = I x R

Juga bisa diubah untuk menentukan tahanan jika arus dan tegangan diketahui.

R = E/I

Cara yang mudah untuk mengingat dasar Hukum Ohm yaitu mengingat lingkaran kecil yang ditunjukkan pada diagram dibawah ini.

Jika anda mengetahui adanya dua nilai dalam sirkuit, anda dapat menentukan salah satu yang hilang dengan menggunakan rusmus Hukum Ohm dan berikut prosedurnya.

1. Tutuplah hruf yang tidak diketahui nilainya.
2. Gantilah huruf sisanya dengan nilai yang sudah diketahui
3. Pecahkan nilai yang hilang dengan menggunakan Rumus Hukum Ohm.


Mengukur Ukuran Listrik

Pendahuluan

Instrumen percobaan dasar yang digunakan untuk mendiagnosa masalah dalam sirkuit listrik yaitu Voltmeter, Ohmmeter, dan Ammeter. Supaya cakap dalam memperbaiki kendaraan, perlu meningkatkan pemahaman meter ini.

Operasi Dasar

Tanpa menggunakan meter listrik tertentu, sebenarnya tidak mungkin dapat mendiagnosa kesalahan secara akurat dalam kendaraan bermotor, memeperbaiki beberapa komponen, atau menyesuaikan listrik dari berbagai jenis unit kontrol. Penting sekali bagi anda untuk mengenal secara lengkap karakteristik dan penggunaan sebuah bentuk instrumen percobaan. Yang paling banyak digunakan yaitu Voltmeter, Ammeter, dan Ohmmeter.
Ada dua bentuk susunan atau desain meter, analog dan digital. Masing masing alat ukur tersebut saat ini banyak digunakan dalam industri.


Voltmeter

Volmeter digunakan untuk mengukur tegangan (tekanan listrik) antara dua titik dalam sirkuit listrik.
Voltmeter bisa digunakan untuk mengukur tingkat tegangan yang ada dalam batterei. Voltmeter juga digunakan untuk mengukur turunnya tegangan dalam sirkuit.

Skala Voltmeter

Voltmeter digunakan untuk test otomotif yang mempunyai skala yang menunjukkan lebih dari satu tingkat tegangan.

Mengukur Tegangan

Jika nilainya tidak diketahui, pilihlah nilai tertinggi pada saklar putar. Hal ini akan mencegah rusaknya meter tersebut. Hubungkan Voltmeter positif (+) (merah) pada batterei positif (+) dan negatif (-) (hitam) pada negatif (-) batterei.

Tempatkan skala yang sesuai:
(Skala 0 – 20) (Skala 0 – 50)
Sistem 12 Volt Sistem 24 Volt


Ammeter

Ammeter digunakan untuk mengukur aliran arus dalam sirkuit listrik.
Ammeter dihubungkan seri dengan sirkuit. Putuskan sirkuit, kemudian sambung kembali dengan Ammeter.

Penggunaan Ammeter
Sirkuit yang akan ditest diatur dalam keadaan “OFF” (putuskan sirkuit dengan batterei atau pada hubungan dalam rangkaiannya).

Atur saklar (knob) putar pada skala tertinggi.
Hubungkan jarum penduga/probe positif + (merah) pada pada input +supply (sisi baterai) dan jarum penduga negatif - (hitam) pada sambungan input komponen.
Nyalakan rangkaian beban dan perhatikan penyimpangan yang ditunjukkan oleh jarum meter.

Jika pembacaan meter berada di bawah range, matikan rangkaian dan pindahkan saklar putar pada tingkat yang lebih kecil. Dengan demikian akan diperoleh hasil pembacaan yang lebih akurat.

Hitung pembacaan meter dengan membaca skala range dan pembagian skala.


Ohmmeter

Ohmmeter digunakan untuk mengukur resistansi komponen atau rangkaian. Ohmmeter juga dapat dipergunakan untuk mengetes saklar, kabel dan sekering untuk mengetahui apakah terputus serta rangkaian terbuka.
Perubahan skala tidaklah linier.

Catatan :
Ke arah kanan perubahan hanya menandakan 1 satuan (terhadap nilai yang ditunjukkan oleh saklar putar)
Ke arah kiri perubahan menunjukkan nilai yang lebih besar dari 100 atau 1000 kali.

Diagram 14. Ohmmeter

Ohmmeter harus memiliki sendiri baterai karena ohmmeter mengukur resistansi dengan mengalirkan arus melalui resistor. Oleh karena itu pada saat mengetes sebuah komponen atau rangkaian dengan menggunakan ohmmeter, sumber power supply harus diputus.

Ohmmeter mempunyai skala range yang menunjukkan lebih dari satu range nilai tahanan. Untuk menghitung resistansi, pembacaan pada skala dikalikan dengan nilai saklar putar yang dipilih.


Persiapan Penggunaan Ohmmeter
1. Pilih range yang dikehendaki.
2. “Nolkan” meter.

Prosedur Pengoperasian Ohmmeter

PERINGATAN : Untuk melindungi Ohmmeter terhadap kerusakan elektronis yang permanen ikuti langkah-langkah berikut dengan hati-hati.

Catatan :.
Jangan sekali-kali menghubungkan Ohmmeter pada rangkaian yang beraliran arus.

Putuskan hubungan power supply pada rangkaian.
1. Hubungkan tester pada komponen atau rangkaian yang hendak dites.
2. Pilih skala yang paling sesuai.
3. Agar diperoleh akurasi maksimum nol-kan ohmmeter jika mengganti range.
4. Jika diperoleh pembacaan pada skala range yang sesuai, lihat nilai meter dan
hitung resistansi dengan mengalikannya dengan nilai saklar range.
5. Selalu matikan meter jika tidak digunakan.

Multi Meter
Multimeter yang digunakan pada dasarnya ada dua (2) macam, yaitu tipe analog dan tipe digital. Masing-masing mempunyai kegunaan yang sama, keduanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan, tahanan (ohm) dan aliran arus (ampere).

Meter-meter analog dihubungkan, dirubah skalanya dan diatur (dinolkan) sama seperti meter analog yang telah disebutkan di muka.

Penggunaan Multimeter Digital

Multimeter digital memiliki penggunaan yang luas. Multimeter digital jauh lebih akurat daripada multimeter tipe analog. Meter macam ini memiliki pilihan saklar range untuk memilih kuantitas yang akan diukur (tegangan, arus, resistansi, dan lain-lain).

Meter yang ditunjukkan pada gambar berikut tidak memiliki skala range untuk tiap pilihan pengukuran. Meter ini autoranging
(tidak perlu diatur range-nya).

Penggunaan Meter

Pengukuran Tegangan

Pilih DC V(arus searah) pada tombol range, pasang probe/colok merah positif (+) pada terminal positif baterai. Pasang probe hitam negatif (-) pada negatif baterai. Pembacaan tegangan akan ditampilkan di layar meter.

Pengukuran Arus

Catatan :
Multimeter digital tidak bisa mengukur aliran arus besar, biasanya paling besar 10 ampere.

Pilih Am pada skala range. Lepaskan probe/jarum penduga merah positif (+) dan pasang pada terminal 10A. Matikan power supply dan putuskan hubungannya pada rangkaian dan hubungkan probe-probe meter dalam hubungan seri, nyalakan catu daya dan baca nilai yang ditunjukkan meter.


Diagram 20. Sambungan Ammeter


Pengukuran Tahanan
Lepaskan baterai. Pilih skala meter pada  (ohm). Hubungkan probe/jarum penduga pada kedua ujung komponen. Pembacaan akan ditampilkan dalam , K (K=1000), atau M (M=mega/juta). Selalu matikan meter jika tidak sedang digunakan.

Diagram 21. Ohmmeter.

Hubungkan probe/jarum penduga pengukur seperti yang ditunjukan pada gambar. Satuan tahanan ditunjukkan pada layar dalam , K atau M.
Yakinkan bahwa alat yang diukur tidak terhubung dengan baterai, jika terjadi maka bisa timbul kerusakan pada meter.

alat ukur listrik

macam-macam alat ukur listrik beserta kegunaan dan kekurangannya :

1. Multimeter
2.Ohm meter
3. Avometer